Selamat Datang di blog Saya http://tafsiralam.blogspot.com/
Tafsiralam.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Belajar Untuk Mensyukuri Kehidupan Ini

Belajar Untuk Mensyukuri Kehidupan Ini

My facebook

Mensyukuri atau tidak Mensyukuri Hidup Sobat! Kalau kamu ditanya, sebutkan 3 hal yang kamu syukuri dalam hidup?? Apa jawabmu?? Mungkin kita akan menjawab, aku bersyukur karena sudah mendapat pekerjaan. Aku bersyukur karena naik jabatan, lulus kuliah, atau mendapatkan rejeki. Atau apapun asal terpenuhinya keinginanku.

Kalau melihat jawaban-jawaban ini, berarti kita baru akan mensyukuri asal hidup dipenuhi oleh Sang Sutradara. Bukan begitu? Jadi kalau harapan kita tidak terpenuhi apakah syukur itu dapat dirasakan?

Sobat, mari kita ambil contoh yang sederhana saja. Namun justru hal ini sering terlewatkan oleh kita. Apa itu? Pernahkan kita berpikir bahwa dengan bernafas merupakan bentuk pemberianNya yang gratis. Saya yakin kamu bernafas tiap hari, tidak mungkin tidak. Bangun tidur kamu bernafas, saat di kantor pun pasti kamu bernafas. Intinya dimanapun hembusan nafas merupakan karuniaNya bukan? Contoh lain adalah kita punya kaki yang membawa langkah ini kemanapun. Apa yang kita raih di dalam hidup inipun tidak lepas dari peran kaki ini. Ingat sobat bahwa kita dilahirkan dengan sehat dan organ yang lengkap. Bukankah itu gratis. Karena Sang sutradara hidup, tidak akan menuntut kita karena pemberianNya.

Sobat! Apakah mungkin kita bisa bersyukur di saat harapan tidak terpenuhi? Mungkin ada yang menjawab bisa dan juga tidak. Mengapa? Kita perlu bertanya pada diri sendiri, apa yang menghambat kita bersyukur? Apa karena kekerasan hati kita atau justru kita sudah merasa memiliki semuanya? Mungkin kita juga harus bertanya sejauh mana pengalaman hidup rohani yang menjadi bekal hidup. Kalau kita masih menitikberatkan pada terpenuhinya harapan, baru bisa bersyukur, maka kita perlu bertanya dan mengolah sisi kerohanian. Sejauh mana kedalaman rohani kita mendukung terciptanya rasa syukur itu.

Nah kalau pengalaman rohani, menghantar kita kepada Sang sutradara, kita tidak perlu lagi menunggu terpenuhinya harapan. Di saat harapan belum terpenuhinya pun kita masih bisa mensyukuri hidup ini. Seperti tarikan nafas tiap hari. Mungkin juga saat ini kamu sedang menunggu momongan (anak), tapi sang sutradara belum memberinya. Kamu juga bisa bersyukurkan? Mungkin kamu mengharapkan anak laki-laki, tetapi sang sutradara memberinya perempuan. Bukankah kita juga bisa bersyukur? Bisa jadi sang sutradara juga belum memberikan kamu jodoh, kita juga bisa bersyukur kan? Kamu memunyai harapan untuk dipromosikan, tetapi belum juga direkomendasi. Saya yakin kamu bisa bersyukur karena hal ini.

Sobat! Sang Sutradara tahu, mana yang kita butuhkan dan mana yang tidak. Kita mengharapkan anak laki-laki, tetapi diberi anak perempuan. Pernahkan kita berpikir, akan ada hal yang baik akan diterima nantinya?. Sobat! Hidup akan terus berjalan, walaupun kamu masih berkeras untuk tidak mensyukuri pemberianNya saat ini. Penolakan kita justru akan membuat hidup semakin terpuruk. Dangkal dan kering. Dan yang selalu dilakukan adalah menyalahkan Sang Sutradara. Begitulah manusia. Sisi kemanusiaan kita selalu memberontak, menghujat dan bertanya.

Kalaupun kita melakukan itu semua, pernahkan Sang Sutradara meninggalkan kita? Sepertinya tidak. Saat tarikan nafas kita, disitulah Sang Sutradara menunjukkan eksistensiNya. Di situlah Sang Sutradara hadir menemani, memberi inspirasi. Di dalam hati kitalah Sang Sutradara bersemayam. Karena pelukanNyalah kita memeroleh kedamaian hidup.

Maka sobat! terbukalah dengan kehadiran Sang Sutradara hidup, yang mengarahkan kehidupan ini menjadi lebih baik. Seperti wayang kulit, dimana sang dalang sudah mempersiapkan segala sesuatunya supaya ceritanya menjadi menarik dan lebih hidup. Oleh karenanya hidup kitapun sudah ada dalangnya. Akhir kata mensyukuri adalah nikmat dan anugerah.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar